Sabtu, 05 November 2011

US Ranger old version

angers adalah salah satu unit pasukan khusus Angkatan Darat AS. Pasukan yang memiliki nama resmi 75th Ranger Regiment ini pada dasarnya adalah unit pasukan infantri ringan (light infantry) yang dirancang sebagai light-infantry shock troops. Misi utama Rangers adalah menguasai dan mengamankan pangkalan udara di daerah musuh yang akan digunakan sebagai pangkalan aju serta membuka jalan bagi pasukan yang lebih berat. Walaupun demikian, Rangers juga memiliki kemampuan untuk beroperasi di garis belakang musuh, melakukan pengintaian, melakukan penyergapan terhadap pasukan musuh, dan melumpuhkan sasaran-sasaran tertentu. Namun sebagai light infantry, Rangers dirancang hanya untuk melakukan tugas-tugas tersebut dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini berbeda dengan pasukan khusus Angkatan Darat AS lainnya yaitu United States Army Special Forces atau yang lebih dikenal sebagai Green Berrets. Green Berrets memang dirancang untuk melakukan aksi di garis belakang musuh dalam waktu lama, termasuk merekrut dan melatih gerilyawan.

Sebagai salah satu unit pasukan khusus AS, Rangers memiliki catatan sejarah panjang yang bahkan melebihi usia negara AS sendiri. Cikal bakal pasukan ini berawal dari abad ke-17, saat wilayah negara AS masih menjadi koloni Inggris. Mengingat sejarah Rangers yang cukup panjang, maka melalui thread ini akan mencoba untuk menceritakan sejarah Rangers sejak abad ke-17 sampai era modern sekarang ini.


Rangers Era Kolonial Inggris dan Perang Kemerdekaan AS

Pada abad ke-17 wilayah Amerika Utara masih menjadi wilayah koloni Inggris dan banyak keluarga bangsawan Inggris yang menjadi tuan tanah di wilayah tersebut. Untuk menjaga wilayah perkebunan mereka maka para tuan tanah tersebut memanfaatkan jasa pasukan berkuda yang disebut ranger. Pada masa ini bisa dikatakan ranger adalah semacam kelompok petugas keamanan bayaran atau pasukan pribadi dari para tuan tanah tersebut.

Semasa menjadi koloni Inggris, makin banyak warga Eropa yang kemudian menjadi pendatang di Amerika Utara. Dengan semakin banyaknya pemukiman para pendatang dari Eropa tersebut maka secara tidak langsung juga ikut menggusur wilayah-wilayah Indian yang merupakan penduduk asli di Amerika Utara. Hal ini kemudian memicu perlawanan dari suku-suku Indian yang sering melakukan serangan secara gerilya terhadap pemukiman-pemukiman tersebut. Serangan-serangan tersebut akhirnya memuncak pada pembantaian di Jamestown pada tahun 1622.



Suku Indian Powhatan menyerang kota Jamestown di Virginia dan membantai 347 orang penduduk di kota tersebut, termasuk wanita dan anak-anak. Sebagai balas dendam atas serangan tersebut, pasukan Inggris dan milisi dari warga koloni yang selamat lalu menyerang pemukiman Indian dan membunuh lebih dari 250 orang. Serangan langsung ke dalam jauh wilayah Indian tersebut menjadi awal dari lahirnya pasukan Ranger di Amerika Utara. 



Untuk menghindari terulangnya peristiwa serupa, maka pasukan Inggris kemudian membangun sejumlah pos militer dan untuk mengamankan wilayah yang tidak terlindungi oleh pos milter tersebut maka Inggris kemudian membentuk pasukan berjalan (running army). Pasukan ini bertugas berpatroli di wilayah yang tidak terlindungi pos militer dan melakukan pre-emptive strike terhadap suku-suku Indian. Pasukan inilah yang kemudian disebut Ranger dan banyak melakukan serangan jauh di dalam wilayah Indian. Konsep beroperasi jauh di dalam wilayah musuh inilah yang kemudian diulang kembali dalam era modern dengan pembentukan LRRP (Long Range Reconnaissance Patrol) dalam Perang Vietnam.

Memasuki pertengahan abad ke-17, pasukan Inggris semakin sering terlibat perang dengan suku-suku India. Salah satunya adalah perang yang dikenal sebagai King Philip`s War tahun 1675-1676 antara suku Indian dengan pasukan koloni Inggris di New England. Perang ini terjadi antara suku Indian Wampanoag, Nipmuck,Podunk, Narragansettm dan Nashaway dengan pasukan koloni Inggris yang dibantu suku Indian Mohegan dan Pequot. Pada perang tersebut muncul pasukan Ranger yang dipimpin oleh Kolonel Benjamin Church.



Dalam perang tersebut Church mempraktekkan dasar-dasar operasi militer yang sekarang dipergunakan oleh pasukan khusus AS. Ia memimpin pasukannya jauh ke dalam wilayah Indian, melakukan penyergapan dan penyerangan terhadap perkampungan Indian. Selain itu ia juga berhasil melakukan pendekatan terhadap beberapa suku Indian yang akhirnya menjadi sekutu pasukan koloni dalam perang tersebut. Pasukan koloni berhasil memenangkan perang tersebut, walaupun kemudian Church tewas dalam pertempuran.
bat21 is offline  



Perang Dunia II : Lahirnya Kembali U.S. Rangers

Pada saat Perang Dunia II pecah, sejumlah negara yang terlibat dalam perang tersebut banyak yang kemudian membentuk unit-unit pasukan khusus seperti Inggris yang kemudian membentuk pasukan khusus Commando. Brigadir Jenderal Dudley Clarke dari Angkatan Darat Inggris (yang juga merupakan pendiri pasukan Commando tersebut) kemudian memberikan saran kepada Kolonel Wiiliam Joseph Donovan dari Angkatan Darat AS agar Angkatan Darat AS juga membentuk pasukan seperti Commando. Donovan kemudian melaporkan hal tersebut kepada Jenderal Geoerge Marshall selaku Kepala Staf Angkatan Darat AS. Setelah mempertimbangkan hal tersebut dan juga melihat keberhasilan unit-unit pasukan khusus Jerman dan Inggris, akhirnya Marshall memerintahkan Kolonel Lucian K. Truscott Jr untuk berangkat ke Inggris dan memantau pasukan Commando. Kolonel William Donovan sendiri pada Perang Dunia II akhirnya menjadi Mayor Jenderal dan menjabat sebagai pimpinan OSS (Office of Strategic Services) yang merupakan cikal bakal CIA.

Kolonel Truscott kemudian melaporkan kepada Jenderal Marshall bahwa Angkatan Darat AS memang juga harus mempunyai pasukan khusus seperti Commando, namun pemberian nama Commando dirasakan terlalu Inggris sehingga akhirnya pasukan tersebut diberi nama Rangers mengingat nama Rangers memiliki sejarah tersendiri dalam militer AS. Mayor William Darby pun kemudian diberi tugas untuk membentuk pasukan tersebut dan Rangers pun kembali lahir dengan dibentuknya 1st Ranger Battalion pada bulan Mei 1942.








Batalyon Ranger ini terdiri dari para sukarelawan yang diambil dari personel 1st Armored Division dan 34th Infantry Division. Pasukan ini kemudian menjalani latihan keras dengan bantuan para pelatih dari pasukan Commando Inggris.








Pada bulan Agustus 1942 Rangers menjalani operasi tempur pertama mereka ketika ikut dilibatkan dalam Dieppe Raid pada tanggal 19 Agustus 1942. Sebanyak lima puluh orang personel 1st Ranger Battalion dilibatkan dalam pendaratan amfibi yang kacau balau tersebut. Tiga orang Ranger tewas dan tujuh orang menjadi tawanan perang dalam serangan tersebut. Dalam serangan tersebut Kopral Franklin “Zip” Koons menjadi personel militer AS pertama yang menembak mati tentara Jerman dalam Perang Dunia II.



bat21 is offline  
Operation Torch dan Pertempuran di Tunisia

Menjelang akhir tahun 1942 dipastikan bahwa pasukan Sekutu akan melakukan pendaratan di Afrika Utara sebagai langkah awal untuk merebut kembai Eropa dari tangan pasukan Jerman. Operation Torch, pendaratan pasukan Sekutu di Afrika Utara akhirnya dilakukan pada tanggal 8 November 1942. 1st Ranger Battalion ikut didaratkan di Aljazair dengan tugas melumpuhkan dua batere meriam pantai Vichy France guna mengamankan pendaratan pasukan AS dari 1st Infantry Division dan 1st Armored Division. Mendarat di pantai pada pukul 01.00 dini hari, Ranger sukses melumpuhkan kedua batere meriam pantai tersebut dengan hanya menderita korban dua orang tewas dan delapan orang luka-luka.



Setelah melumpuhkan kedua batere meriam pantai tersebut, Ranger kemudian berhasil menguasai kota Arzew dan selanjutnya mengamankan St.Cloud yang terletak 20 km dari Arzew. Di St.Cloud kemudian Ranger mendirikan pertahanan guna mengantisipasi serangan balik pasukan Jerman dan Vichy France. Sempat terjadi kontak senjata yang menewaskan dua orang Ranger, namun pasukan Jerman dan Vichy France gagal mengusir pasukan Sekutu dan pendaratan pasukan Sekutu di Aftika Utara pun berjalan dengan sukses. Ranger kemudian ditarik ke garis belakang dan kemudian ditugaskan di Fifth Army Invansion Training Centre di Arzew. Selama tiga bulan pasukan Ranger tersebut terus berlatih meningkatkan kemampuan mereka, terutama dalam pertempuran di malam hari dan mengajarkan kemampuan tempur mereka kepada unit-unit pasukan lainnya. Pada bulan Januari 1943 akhirnya Ranger meninggalkan Arzew dan diberangkatkan menuju perbatasan Aljazair dengan Tunisia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar